Monday, January 9, 2012

Random post, silahkan salahkan Twitter.

Yes I'm still wide-awake here, people. Ternyata kedapetan jadwal les malam itu sedikit banyak mempengaruhi nafsu threesome dengan bantal dan guling di kamar tidur, atau dalam bahasa yang lebih santun dan nggak ribetnya: Tidur. 

Di tengah malam ini pas gue nge-tweet gak jelas di Twitter, tiba-tiba suatu pemikiran yang sungguh oh so random terlintas di kepala gue. Dan pemikiran itu kira-kira begini: "Kalau seandainya gue di lempar masuk ke dalam TV kayak di game Shin Megami Tensei: Persona 4 gitu gimana jadinya yah? Terus dungeon gue bakalan seperti apa? Bagaimana rupa 'other self' gue ntar? Apakah dia juga mesum seperti  gue?" Oke, yang terakhir itu ngarang. Gue nggak mesum, cuma agak mesum. Agak loh ya, agak. 

 So, balik ke pemikiran random barusan, sebenarnya gak bakalan ada deh orang yang mau repot-repot ngangkut gue terus ngelempar gue ke dalem TV. Selain soal berat badan yang nggak memungkinkan buat diangkut,  itu orang yang mau ngelempar gue ke dalem TV pasti udah gue gigit duluan sebelum dia berhasil ngelempar gue. Maaf, dibesarkan dengan seorang adik yang tingkahnya hampir menyerupai makhluk-makhluk penghuni hutan rimba sedikit banyak mempengaruhi gue juga. Gimana nggak coba? Dikit-dikit main gigit! Tangan gue udah penuh sama bitemark punya dia seorang, membiru dan bengkak digigiti oleh gigi-giginya yang mayoritas udah bukan gigi susu lagi.

Beruntunglah dek, kakakmu ini walau tiap harinya nyaris diisi hanya dengan menonton Fox Crime (yang isinya bunuh-bunuhan semua) atau berkutat dengan video-video gore berkedok karakter oh-so-kawaii seperti Happy Tree Friends, kakakmu masih waras dan bukan seorang Sadist. Kalau seandainya iya, entah bagaimana bentuk dan rupamu sekarang, dek.  

Blah, ngelantur lagi! Oke, jadi anggaplah saja seseorang ini berhasil ngelempar saya masuk ke dalam TV entah bagaimanapun caranya. 

Next, Dungeon. Dungeon gue kira-kira Dungeon yang seperti apa? Kastil putri seperti Yukiko? Arena game seperti Mitsuo? Atau tempat penari telanjang seperti Rise? Sepertinya sih bukan tipe yang seperti itu yah, apalagi tipe Dungeon yang terakhir walau mungkin nggak jauh beda juga sih. 

Well, who knows kan? Kalau ternyata Dungeon gue isinya justru cowok-cowok cakep yang menari striptease? Asik meliuk-liukan badan oh-so-sedap mereka sambil memamerkan tubuh mereka. Kalau bisa sekalian nyelip March Eridan deh di antara mereka. 

Eh, tunggu! Kalau begini mah gue gak bakalan mau ninggalin Dungeon gue.

Menurut gue sih kemungkinan besar Dungeon gue ntar berupa suatu tempat yang gelap, merefleksikan bagaimana gue ini seseorang yang aslinya berkarakter suram, gak peduli sama sekitar, pesimis, dan agak socially awkward. 

Tiap lantai mungkin punya warna sendiri-sendiri. Lantai yang paling dasar sampai tengah-tengah mungkin berwarna Merah dan Biru, mencerminkan bagaimana seringnya gue membohongi orang setiap hari dengan tertawa dan senyuman hanya untuk menunjukkan bahwa "Gue baik-baik aja kok. Kalian semua baik sama gue." padahal dalam hati gue takut. Jujur, jauh di dalam hati gue susah mempercayai orang lain dan gue takut kalau tiba-tiba suatu saat mereka justru menusuk gue dari belakang. Merah: Gue yang ceria dan riang. Biru: Gue yang ketakutan, sedih, dll.

Warna merah dan biru juga merefleksikan bagaimana gue termasuk orang yang labil, dominannya lebih ke arah emosi. Mood gue gampang berubah, tapi gue bukan bipolar. Terkadang ada saja satu hal yang mungkin bagi kalian sangatlah sepele, tapi berhasil meruntuhkan mood gue seluruhnya. Ujungnya gue sensian, bawaan pingin marah tapi tak tahu marah dengan siapa. Tetapi ada juga hal yang mungkin tidak berarti, tapi justru membangun mood gue yang runtuh barusan sehingga gue kembali seperti biasa. 

Dan di lantai yang tertinggi, warna Merah dan Biru akan digantikan dengan warna Ungu. Ungu sedikit banyak mencerminkan waktu-waktu dimana gue berasa campur aduk. Ungu juga mungkin lebih menjelaskan ke arah 'sisi gelap' gue yang gak bakalan gue jelasin disini. 

Yang terakhir adalah Shadow. Refleksi diri kalian sendiri, atau sebutlah ia sisi lain dari diri kamu yang tidak ingin kamu akui. Dia adalah bagian dari diri kamu yang selalu ingin kamu buang atau kamu lupakan. Jujur, bagian yang ini agak sulit untuk gue pikirkan sendiri. Mungkin nanti Shadow gue akan jauh lebih parah dibandingkan shadow-shadow yang muncul di Persona 4 sendiri, mengingat banyak bagian dari diri gue sendiri yang gue muak dan ingin gue buang.

Menulis ini semua jadi mengingatkan gue bahwa dibalik kesuksesan dan kemenarikan game Persona 4 sebenarnya tersirat suatu pesan moral: Kalau kalian udah dilahirkan begitu, kalau kalian ternyata memang punya kekurangan dan kelebihan, lebih baik terima sajalah semua. Karena kelebihan dan kekurangan itulah yang membuat kamu menjadi dirimu. 

...Kenapa tiba-tiba postingannya jadi berubah serius gini? Dan kenapa ini justru jadi terdengar seperti resensi game Persona 4? O___O 

Nevermind ajalah. Anyway, gue mau sedikit nge-post isi tweet gue di Twitter tadi. Nggak ada lucu-lucunya sih, gue cuma mau masukkin aja. /buagh 

Shadow: "You know what, Amelia? You're pathetic, loner, anti-social, and such an idiot! And you--" 
Me: "Yeah, yeah, whatever. Dude, I'm pretty much getting bored with this part, by the way. Can we just skip to the part where I already have you as my Persona instead?" 
Shadow: "...I fucking hate you."
 Well, that's all for tonight. Maaf deh kalau ada susunan kata/kalimat yang agak ngaco atau typo, ngetiknya setengah ngantuk sih. Gue mau tidur dulu. Stay tune yaw. :33