Wednesday, December 7, 2011

Today sucks

Yep, today sucks. Like, real sucks man. Pagi-pagi gue dengan jahanamnya dibangunin oleh suara teriakan adek yang membahana layaknya alunan gelombang ultrasonik yang dikeluarkan kelelawar saat mencari mangsa. Tak nyambung memang tapi saya sedang malas mencari perumpamaan yang lain.
Dengan muka yang sama sekali nggak niat gue terpaksa bangun, mandi dan berpakaian, lalu menatap sebentar ke arah mie goreng yang sudah dimasak dan dipoles cantik oleh emak dengan hiasan telur mata sapi. Gue makan, adek gue kembali teriak yang dimana langsung gue respon dengan teriakan yang tak kalah kencangnya. Selesai, gue pun pergi dan akhirnya sampai di sekolah tepat pukul setengah 7 pagi. 

Suasana sekolah waktu itu sepi, cuma ada beberapa anak kelas IPA yang sibuk berkutat menghitung jutaan rumus di lautan Trigonometri sedangkan gue dengan santainya duduk di salah satu bangku taman (oke, bukan bangku taman, lebih mirip 'bangku koridor'). Dengan malasnya gue mengambil buku catatan matematika gue yang penampilannya udah kayak buku Potion Making for Advanced Student milik Severus Snape, kumal dan usang namun berisi catatan-catatan penting yang sungguh merugilah gue jikalau kehilangan buku ini. 

Gue berusaha tetep membuka-buka buku catatan tersebut walau mata masih belum sepenuhnya dihidupin. Ada junior gue tiba-tiba nyamperin kita berchit-chat ria dikit, seenggak-nggaknya bisa sedikit bikin mata gue lebih melek. Satu persatu gerombolan temen IPS gue dateng, adek itupun pamit pergi. 

Kita ini bisa dibilang anak IPS yang rajin, men. Terbukti, dikala anak-anak IPA sedang sibuk berdurjana ria dengan lautan rumus Trigonometri, kita anak IPS juga turut berdujana ria menyelami lautan rumus Statistika dan Peluang. Simpangan rata-rata, simpangan baku, varian, kombinasi, faktorial, dan segala antek-anteknya. Walau gak se-tough anak IPA yang harus bergulat dengan Trigonometri, Statistika dan Peluang itu bisa dibilang nyaris hampir sama bahayanya dengan Trigonometri. Kita pun ramai-ramai belajar sampai akhirnya bel pertanda ujian pertama berbunyi, diiringi dengan teriakan frustasi dari anak kelas IPA dan, tentunya, dari gue sendiri. Dengan langkah yang masih gontai, gue pun bergerak menuju ruang ujian gue. 

Entah nasib gue emang apes atau apa, pengawas yang baru aja dibicarain teman-teman sekelas paling ngebetein (sengaja di italic, underline, dan bold demi menambah ketegangan suasana) justru malah kedapetan mengawas ruang ujian gue. RUANG UJIAN GUE! Gue berteriak, "Alamak, mampus anak muda ini!" tapi apa daya, inilah salah satu takdir yang tidak bisa diubah oleh seorang manusia. 

Lembaran soal ujian dibagikan dan gue langsung tertegun dengan lebaynya. Soal apa ini? SOAL APA INI? DIMANA SIMPANGAN BAKU? DIMANA POHON-POHON RANDU YANG BIASANYA SETENGAH HIDUP SETENGAH MATI ITU? DIMANA HAPE GU--oh, lupa deng hapenya kan gue masukkin ke dalem tas gegara si pengawas tolol sialan, woops, maaf maksudnya brengsek ini. 

But eventually, things went very smooth that time. Pengawas sialan nggak ngeliat kalau gue udah buat kepekan rumus-rumus dan gue sibuk nanya-nanya dengan temen di depan gue. Hahaha... Inilah kesempatan dalam kesempitan, benar-benar khas anak SMA saudara-saudara.Ujian Bahasa Indonesia juga berjalan lumayan mulus dengan tidak  elitnya. Selesai ujian gue langsung pulang ke rumah. Yep, another mood swing strikes, bro. Shit!
Pulang ke rumah gue... yah, kalian taulah, cek twitter kalau-kalau ada mention baru, cek wall facebook, cek profil si anak sialan udah dibanned sama pihak facebook apa belum, cek perut apakah ia udah minta diisi lagi atau nggak, cek MSPA udah diupdate apa belum, dan segala cek dan ricek lainnya. 

Siang gue jalanin dengan RP di Trollmegle, kembali gue RP sebagai si ngenes Eed Ampora, dan gue bertemu dengan stranger lain yang RP menjadi Collux  woops maaf, Sollux Captor. Seneng kan elu, ED? Seneng kan? 

Kita RP sekitar dari jam 12 siang sampai jam 3 sore tadi, sampai si dia izin pamit karena di daerahnya udah jam 3 pagi dan dia harus tidur (ebuset, jam 3 pagi aje masih aja online), RP selesai dan tiba-tiba hape gue bunyi: 

"Mel, kito jadi periodik? Di ruang berapa? Udah masuk ya?" 

Gue terdiam sebentar mencerna rangkaian kata-kata ini. Jadi periodik? Ruang berapa? Udah masuk? 
Dan gue mengambil satu kesimpulan: "HAH, JADI MAKE UP CLASS-NYA HARI INI?" 

(catatan: Bukan, itu bukan kelas dimana kita dilatih buat bermake-up ria, if that's what you guys wondering.) 

Gue langsung ngebut ngambil pakaian, handuk, plus tas sekolah gue diiringi dengan teriakan nyokap, "Makanya, guru ngomong itu diperhatiin. Telinga disumbat mulu sih." dan yada yada, gue siap mau pergi ke tempat les, tiba-tiba temen gue sms: 

"Idak mel." 

Idak? Idak disini maksudnya apa? Hari ini emang gak les atau apa? Gue buru-buru nelpon temen gue memastiin, si doi malah nggak ngangkat-ngangkat. Nyokap melihat gue kalang kabut bak kuda lumping yang kehabisan beling buat dimakan langsung nyaranin, "Gih, telpon admin tempat les-nya aja." 
GOOD IDEA, MOM! And I rushed to my bedroom, mencari buku administrasi tempat les gue yang kecil imut di dalam lautan buku-buku lain yang lebih gede. DAPAT! Gue langsung buru-buru mencetin tombol telepon nyaris senafsu waktu gue mencetin tombol stick PS2 pas ngelawan Xemnas. 

Dan apa kata mas-mas adminnya? 

"Kelas HI-4? Ah iya, kelas HI-4 ada kelas hari ini. Sama Ms. Wini kan? Iya, mbak. Hari ini ada kelasnya." 

 Nah, apa-apaan ini? Temen gue bilangnya hari ini nggak les, eh si mas-mas adminnya malah bilang hari ini ada kelas. Gue bingung, atau kalau kata anak alay sekarang, gue galau. Ujung-ujungnya gue memutuskan untuk mempercayai mas-mas admin ini dan segera melesat ke tempat les gue. 
Dan kau tahu apa? 

Pas gue sampai di tempat les, gak ada satupun temen gue. Gue berulang kali ngecek kelas-kelas lain, bahkan sampai bela-belain naik ke lantai 3, temen-temen gue sama sekali gak kelihatan batang hidungnya. Nyerah, gue pun turun nanyain mbak-mbak di bagian kasirnya. "Mbak, hari ini kelas HI-4 ada kelasnya ya?" 

Dan kau tahu apa yang dikatakan mbak tersebut?
"Wah, mbak. Hari ini kan kelas HI-4 nggak les. Ms. Wini-nya masih di Jakarta, jadi ujian periodiknya besok." 

JEGERRRRRR 
Gue bengong, lah tadi mas-mas admin ngomong katanya ada kelas. Gue balas, "Loh, tadi saya nelpon kesini katanya hari ini HI-4 ada kelasnya." 

Si mbak nanya ke gue yang tadi ngejawabnya mas-mas apa bukan, gue jawab iya. Dia langsung nyikut lengan seorang cowok yang sibuk ngitung duit tepat di samping dia. Si mas-mas geje ini malah senyum sok polos. 

I'm, like, at my limit that time. Rasanya gue pingin berteriak "AAAAAHHHH YOU FUCKASS! DON'T GIVE ME THAT FUCKING INNOCENT SMILE TO ME BECAUSE OF WHAT YOU'VE FUCKING DONE! I'M STILL ENRAGE HERE AND THAT SMILE MAKES YOU LOOK WAY MORE LIKE AN IDIOT!" 

Frustasi, gue jajan pisang goreng keju sebentar lalu pulang ke rumah naik ojek. Ini tukang ojek juga rese abis pake nanya-nanya gue sekolah dimana, gue kelas berapa, sekolah gue udah internasional apa belom. Gue aja gak peduli sekolah gue udah internasional apa belum, bang. Yang penting ntar gue bisa lulus, bisa kuliah di tempat bergengsi, nilai bagus, hidup bagus, mati bagus. End of story. Terus dia juga sok-sokan ngasih tau gue "Eh, itu cewek dulunya narkoba loh." 

Cewek? Cewek mana? Di jalanan raya kayak gini cewek itu banyak kali, bang. Terus maksudnya dengan si cewek itu dulunya narkoba apaan? Jadi dulunya cewek itu butiran kristal Meth yang bertransform menjadi sesosok manusia dengan bantuan Ibu Peri? Atau dahulunya dia adalah tanaman ganja (yang sering disalah sangka dengan daun maple, WOY DAUN GANJA SAMA DAUN MAPLE BEDA MPRET!) terus dicium oleh seorang pangeran tampan dan berubah menjadi seorang perempuan? Dan lagi apa peduli gue si cewek ini dahulunya narkoba atau bukan? Dia siapa, gue siapa. Gue dengan guru gue sendiri aja kadang cuek bebek, apalagi dengan random person yang bahkan gue gak tau orangnya siapa.

Singkat cerita, gue nyampe juga di rumah. Gue langsung ngadu ke emak soal persoalan yang tadi, si emak cuma ngasih sedikit komen sih kayak, "Loh, tadi katanya les?" dan "Oh, ya udahlah." terus lanjut ngubek-ngubek cucian. Gue balik menemui matesprit gue tercinta, laptop hitam acer aspire 4736 dan modem TelkomselFlash yang ngakunya High Speed Wireless Broadband, padahal pas kuota habis jalannya langsung lebih lelet dari keong. 

Download-an lagu Sky's The Limit gue udah selesai, langsung deh gue setel. (#Nowplaying Sky's The Limit - Shihoko Hirata) Gue kembali mengecek facebook dan, iseng doang sih, ngebuka profil facebook-nya si 'dia'. Siapa gerangan si 'dia' ini biarlah tetep menjadi misteri.

Gue liat-liat status facebook-nya si 'dia', kok kayaknya 'dia' jadi buka usaha install laptop, download film, service gadget, dll gini? SEJAK KAPAN KAU BERUBAH MENJADI SOLLUX CAPTOR, 'DIA'? SEJAK KAPAN? 
 
And don't give me that look, Captor. I'm not talking about ya. Go gih, balik sama Eed sana.

Gue scroll makin kebawah isi wall-nya dia, dan gue menemukan satu isi statusnya dia, yang langsung bikin gue heartbreak. 

"Kalian kok pada gak percaya sih kalau aku udah punya cewek? :(" 

JEGERRRRR 

Seketika, gue langsung galau.

CAPTOR PELUK GUE SEKARANG, PELUUUUKKKKK!!!!! PERGI LU ED, SOLLUX PUNYA GUE SEKARANG!

And I bet things will get much worse after this cause I have to go on date with my unbeloved ECONOMY and ACCOUNTING. Oh wait, French too but... I'll fuckin deal with ya later, babe~ 

Cukup dulu deh postingan hari ini. Will be back again setelah ujian semester gue selesai (tergantung mood juga sih), adieu~ :D

Current mood: Mixed 
Listening to: Sky's the Limit - Shihoko Hirata (Persona 4 Animation OP)























2 comments:

  1. mas2 LIA nya sok polos -_-.pasti rasanya 'mad' bgt ya,udh bela2in pergi les,eh rupanya ndak ada kelas.hahah sabar ya mel ;D

    ReplyDelete
  2. Iyo, hahaha jahanam nian mas-mas LIA-nyo tuh. Tapi kayaknyo mas-nyo tu orang barulah makonyo masih banyak dak tau. xDD

    ReplyDelete